Selasa, 08 Mei 2012

GLIKOLISIS SEL RAGI


HASIL DAN PEMBAHASAN
Penetapan Kadar Glukosa
Metode yang banyak digunakan untuk perhitungan kadar glukosa bergantung pada kemampuan glukosa untuk mereduksi larutan tembaga alkali. Pereaksi mengandung asam fosfomolibdat yang dapat membentuk warna biru akibat adanya kombinasi tembaga tereduksi. Namun metode ini memiliki kerugian, yaitu warna berangsur-angsur memudar dibandingkan dengan larutan standar glukosa dengan perlakuan yang sama. Metode Folin Wu merupakan metode yang digunakan untuk membuat filtrat bebas protein dengan pengendapan protein oleh pembentukan asam tungstat. Endapan terjadi akibat adanya kombinasi anion asam dengan bentuk kationik dari protein (Muray 2009).
Percobaan pengukuran kadar glukosa menggunakan tabung blanko, standar, uji kontrol (+), kontrol (-), penambahan inhibitor Fluorid, serta inhibitor Arsenat. Tabung blanko diisi dengan akuades dan pereaksi tembaga alkalis. Tabung standar diisi dengan standar glukosa dan pereaksi tembaga alkalis. Sedangkan tabung uji diisi dengan pereaksi tembaga alkalis dan larutan B yang merupakan hasil dari filtrat bebas protein cara Folin Wu. Metode ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain hanya dibutuhkan dua pelarut, filtrat yang terbentuk lebih netral, dan proses  filtrat lebih cepat (Haden 1923). Prosedur selanjutnya adalah isi dari tabung dicampur dengan cara menggoyangkan tabung, lalu dimasukkan ke dalam penangas air mendidih selama 8 menit dan didinginkan 3 menit.
Isi dari tabung-tabung tersebut dicampur dengan asam fosfomolibdat dan didiamkan selamat 3 menit. Filtrat yang terbentuk berwarna biru dan menyatakan jumlah tembaga yang direduksi oleh glukosa  tersisa, dengan demikian semakin tinggi intensitas warna biru menunjukan jumlah glukosa sisa yang tinggi pada filtrat. Pernyataan ini sesuai dengan pendapa Girindra (1989)  bahwa kupritartrat digunakan untuk pembentukan warna biru ketika ditambahkan pereaksi fosfomolibdat, karena larutan ini mengandung asam laktat dan ion Cu+. Kemudian isi tabung tersebut dimasukkan ke labu takar hingga batas tera, dan akhirnya dilihat nilai absorbansinya menggunakan spektrometer. Menurut Sentrabd (2007), pengamatan dengan spektronik-20 menggunakan prinsip hukum Lambert Beer. Faktor yang mempengaruhi adalah konsentrasi larutan dan bentuk wadah. Bagian sinar yang diserap akan tergantung pada berapa banyak molekul yang beinteraksi dengan sinar. Jika zat warna tersebut berupa larutan pekat, maka akan diperoleh absorbansi yang sangat tinggi karena ada banyak molekul yang berinteraksi dengan sinar. Akan tetapi, dalam larutan yang sangat encer, sangat sulit untuk melihat warnanya.. Setelah perhitungan nilai absorbansi pada spektrometer, dihitung kadar glukosanya seperti yang tertera dilampiran, sehingga didapat nilai kadar glukosa seperti yang tercantum pada tabel berikut.
Tabel 2. Hasil perhitungan penetapan kadar glukosa
Ragi
Kontrol (+)
Kontrol (-)
Inhibitor Fluorid
Inhibitor Arsenat
Roti
479,17
150
116,67
104,17
Oncom
412,5
1587,5
1283,3
16,67
Tape
154,17
2616,67
158,3
1200

Berdasarkan perhitungan kadar glukosa oncom, glukosa sisa kontrol (-) (1587,5 mg/ml) lebih besar daripada inhibitor fluorid (1283,3 mg/ml) serta kontrol (+) (412,5 mg/ml), dan kadar glukosa terendah adalah inhibitor arsenat (16,67 mg/ml). Kadar glukosa sisa terendah pada filtrat dengan penambahan inhibitor arsenat menunjukan bahwa justru semakin banyak glukosa yang  difermentasi menjadi etanol. Hal ini terjadi akibat kesalahan pada prosedur percobaan. Adanya rentang waktu yang cukup lama sebelum pengukuran dengan spektrometer diakibatkan oleh listrik dilaboratorium mati.  
Perhitungan kadar glukosa pada tape, nilai glukosa sisa kontrol (-) (2616,67 mg/ml) lebih besar daripada inhibitor arsenat (1200 mg/ml), inhibitor fluorid (158,3), dan kontrol (+) (154,17 mg/ml). Semakin banyak glukosa yang tersisa menunjukan bahwa semakin sedikit glukosa yang difermentasi menjadi etanol. Fitrat kontrol (-) dihasilkan dari campuran glukosa dengan suspensi ragi yang telah dipanaskan pada suhu  diatas 60oC, sedangkan kontrol (+) adalah tanpa pemanasan suspensi ragi terlebih dahulu. Kadar  glukosa sisa pada kontrol (-) lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (+). Hal ini dapat diakibatkan karena rusaknya   enzim pada ragi saat pemanasan sehingga proses fermentasi terhambat. Menurut Hafiz (2000) ,kerja enzim maksimum pada suhu tertentu. Bila suhu ditingkatkan terus, jumlah enzim yang aktif akan berkurang karena mengalami denaturasi. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada suhu optimum. Sebagian besar enzim menjadi tidak aktif pada pemanasan sampai ± 60° C, karena terjadi denaturasi protein enzim.
Sedangkan pada perhitungan kadar glukosa roti, nilai kontrol (+) yaitu 479,17 mg/ml lebih besar daripada kontrol (-) (150 mg/ml). Sedangkan inhibitor fluorid (116,67 mg/ml) dan inhibitor arsenat (104,17 mg/ml) memiliki glukosa sisa terendah. Penyimpangan ini karena adanya rentang waktu yang cukup lama setelah penambahan asam fosfomolibdat  keprosedur pembacaan absorbansi pada spektrometer. Secara keseluruhan kadar glukosa tertinggi adalah tape dan yang terendah adalah roti. Menurut D Manurung  (2010),reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang digunakan dan produk yang dihasilkan. 
DAFTAR PUSTAKA
D Manurung . 2010. Chapter II. [terhubung berkala] http://repository.usu.ac.id. [ 29 Februari 2012].
Girinda, A. 1989. Biokimia Patologi. Bogor: IPB Press.
Haden,RL. 1923. A Modification of The Folin-Wu Method for Making Protein- FreeBlood Filtrates. The Journal of Biological Chemistry. 937- 943. [terhubung berkala] http://www.jbc.org [29 Februari 2012].
Muray , Robert K. 2009. Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta : EGC.
Sentrabd. 2007. Spectrophoto meter AbsorbsiUV/VIS. [terhubung berkala] http://sentrabd.com/main/info/Insight/Spectrophotometer.html. [ 29 Februari 2012].

ANALISIS STATUS SENG (Zn) DENGAN METODE KECAP SMITH


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mineral merupakan zat gizi mikro dalam tubuh yang bersama-sama dengan vitamin berfungsi dalam proses metabolisme unsur zat gizi makro (karbohidrat, lemak, protein). Mineral juga memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Disamping itu mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai faktor dalam aktivitas enzim-enzim. Keseimbangan ion-ion mineral dalam cairan tubuh diperlukan untuk pengaturan pekerjaan enzim-enzim, pemeliharaan keseimbangan asam-basa, membantu transfer ikatan-ikatan penting melalui membran sel dan pemeliharaan kepekaan otot dan saraf terhadap rangsangan (Almatsier 2004).
Berdasarkan kebutuhannya di dalam tubuh, mineral dapat digolongkan menjadi 2 kelompok utama yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang menyusun hampir 1% dari total berat badan manusia dan dibutuhkan dengan jumlah lebih dari 100 mg/hari. Mineral yang termasuk di dalam kategori mineral makro utama adalah kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg), sulfur (S), kalium (K), klorida (Cl), dan natrium (Na). Sedangkan mineral mikro merupakan mineral yang dibutuhkan dengan jumlah kurang dari 100 mg /hari dan menyusun lebih kurang dari 0.01% dari total berat badan. Yang termasuk dalam mineral mikro antara lain : Besi (Fe), Seng (Zn), Iodium (I), Selenium (Se), Tembaga, Mangan, Flour, Kobal, Kromium, Timah, Nikel, Vanadium, dan Silikon (Almatsier 2004).
Seng adalah mikromineral yang ada dalam jaringan manusia atau hewan  dan terlibat dalam fungsi berbagai enzim dalam proses metabolisme (Atmadja et al 1998). Seng memegang peran essensial dalam banyak fungsi tubuh. Sebagai enzim atau kofaktor, berperan dari berbagai aspek metabolisme (reaksi yang berkaitan dengan sintesis dan degradasi karbohidrat, protein, lipida, dan asam nukleat). Seng juga dibutuhkan oleh enzim insulin yang dibentuk di dalam pankreas walaupun tidak berperan secara langsung dalam enzim insulin. Selain itu, peranan penting lain adalah sebagai bagian integral enzim DNA polimerase dan RNA polimerase yang diperlukan dalam sintesis DNA dan RNA. Sebagai bagian dari enzim kolagenase, seng berperan pula dalam sintsesis dan degradasi kolagen. Dengan demikian seng berperan dalam pembentukan kulit, metabolisme jaringan ikat, dan penyembuhan luka (Almatsier 2004).
Seng ditemukan pada hampir semua organ dan jaringan tubuh, terutama pada otot, hati, ginjal dan kulit. Seng utamanya adalah merupakan ion intraseluler, berperan pada lebih dari 300 enzim dari berbagai kelas. Meskipun seng banyak terdapat dalam sitosol, tetapi sebenarnya semuanya terikat pada protein, dan berada dalam kesetimbangan dengan sejumlah kecil fraksi ionic. Seng di dalam jaringan tidak bisa diambil meskipun kadar dalam darah rendah dan perlu dipenuhi dari makanan. Oleh karena itu dilakukan uji analisi seng untuk mengetahui apakah kebutuhan dalam tubuh terpenuhi atau tidak.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menganalisis status seng (Zn) dengan metode kecap smith.

URIN KUANTITATIF


HASIL DAN PEMBAHASAN
Asam urat adalah hasil produksi oleh tubuh, sehingga keberadaannya bisa normal dalam darah dan urin. Akan tetapi sisa dari metabolisme protein makanan yang mengandung purin pun juga akan menghasilkan asam urat.Hal ini yang membuat kadar asam urat dalam urin dapat meningkat.Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan dari sel hidup, yakni makanan dari tanaman (sayur, buah, kacang-kacangan) atau pun hewan seperti daging, jeroan, ikan sarden (Saraswati 2009). Percobaan penetapan kadar asam urat pada urin menggunakan sampel urin yang diberi beberapa perlakuan.
            Langkah pertama yang dilakukan dalam percobaan adalah menghitung kadar asam urat dengan mengencerkan urin ke dalam labu takar 100 ml dengan menambahkan akuades. Setelah itu, ditambahkan NaCN 5% dan 2 pereaksi arsenofosfotungtat. Langkah selanjutnya adalah mengencerkan larutan tersebut ke dalam labu takar 100 ml. Perubahan warna pada larutan ini yang menjadi salah satu indikator adanya reaksi reduksi arsenofosfotungstat menjadi arsenofosfotungstit.
Kadar asam urat di dalam darah bisa meningkat bila seseorang terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi seperti ekstrak daging, kerang, dan jeroan seperti hati ginjal, limpa, paru, otak (Misnadiarly 2007). Kadar asam urat di dalam tubuh tetaplah harus berada di dalam range yang standar untuk menghidari adanya efek samping yang ditimbulkan bila kadar asam urat dalam urin berlebihan.Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian terhadap kadar asam urat dalam tubuh agar kita dapat mengetahui kadarnya berlebihan atau tidak di dalam tubuh. Nilai kadar asam urat diperoleh sebagai berikut.
Tabel 1 Data hasil pengamatan kadar asam urat urin
Sampel
Absorbansi
Kadar asam urat
Volum urin
Blanko
0,020
0,608
980 ml
Standar
0,245
Uji
0,165
Dari percobaan yang dilakukan terlihat jelas perbedaan uji kadar asam urat yang menggunakan urin dan blanko. Uji kadar asam urat yang menggunakan urin berwarna biru agak tua dan uji kadar asam urat blanko (menggunakan air) berwarna bening kekuningan. Hal ini menunjukkan bahwa uji yang menggunakan urin mengandung asam urat sedangkan blanko tidak mengandung asam urat karena pada blanko tidak mengalami perubahan yang berarti tidak ada arsenofosfotungstat yang direduksi.
Seperti tabel diatas kita dapat melihat bahwa pada data blanko hasil absorbansi menunjukkan 0,020, sedangkan untuk uji standar absorbansi dari sampel tersebut menunjukkan angka 0,245 dan yang terakhir untuk sampel uji dari asam urat menunjukkan hasil absorbansi 0,165. Berdasarkan data angka absorbansi diatas yang telah kita dapatkan maka dengan rumus perhitungan kadar asam urat didapatkan kadar asam urat urin sebesar 0,608. Hal itu jika dilihat dari literature Misnadiarly (2007) yang menyatakan bahwa kadar asam urat normal untuk pria berkisar 3,4-7 mg/dL tidak sesuai karena kadar asam urat yang diamati terlalu kecil. Penurunan pengeluaran asam urat biasanya disebabkan adanya gangguan ginjal atau pengaruh pemberian obat atau pengaruh beberapa jenis zat gizi yang dapat menghambat pengeluaran asam urat (Almatsier 2003).
Klorida merupakan elektrolit bermuatan negatif, banyak terdapat pada cairan ekstraseluler (di luar sel), tidak berada dalam serum, berperan penting dalam keseimbangan cairan tubuh, keseimbangan asam basa tubuh. Klorida sebagian besar terikat dengan natrium membentuk NaCl (natrim klorida). Penurunan dan peningkatan kadar klorida dalam tubuh memiliki resiko tersendiri bagi tubuh. Penurunan klorida dapat terjadi pada penderita muntah, bilas lambung, diare, diet rendah garam, infeksi akut, luka bakar, terlalu banyak keringat, gagal jantung kronis, penggunaan obat thiazid, diuretik, dan Iain-lain.Peningkatan klorida terjadi pada penderita dehidrasi,cedera kepala, peningkatan natrium, gangguan ginjal,penggunaan obat kortison, asetazolamid, dan Iain-Iain (Anonim 2011).
            Percobaan penetapan kadar klorida urin dapat dilakukan dengan titrasi urin yang menggunakan larutan merkuri nitrat laruatan indikator difenilkarbazon. Percobaan dilakukan dengan urinyang di titrasi dengan menggunakan merkuri nitrat dalam suasana asam. Larutan indikator difenilkarbazon (DPC) sebagai indikator dapat menunjukkan titik akhir dengan pembentukan kompleks ungu . Selanjutnya merkuri(II) nitrat sebagai titran akan bereaksi dengan titrat yang mengandung klorida anorganik membentuk merkuri(II) klorida. Kelebihan merkuri nitrat akan bereaksi dengan indikator difenilkarbazon membentuk kompleks merkuri-difenilkarbazon yang berwarna ungu. Bahan-bahan yang dapat mengganggu dalam analisis ini ialah kromat, feri, dan ion sulfit jika keberadaannya lebih dari 10 mg/L .
            Percobaan dilakukan dengan pengambilan urin menggunakan pipet volumetriklalu tambahkan air sampai 100 ml. Dari urin encer ini, diambil sebanyak 5 ml dan masukkan ke dalam sebuah gelas kimia 50 ml, kemudian tambahkan indikator. Lakukan dalam duplo. Lakukan titrasi dengan larutan merkuri nitrat. Kekuatan larutan merkuri nitrat yang tepat diketahui dengan titrasi terhadap 5 ml larutan standar NaCl. Dari prosedur ini maka dapat dihitung jumlah NaCl dalam urin 24 jam.
Tabel 2 Data hasil pengamatan kadar klorida urin
Sampel
V (ml)titrasi
Kadar klorida
Standar
0,6
0,106
Uji 1
0,2
0, 035
Uji 2
0,4
0,071
Setelah dilakukan perhitungan terhadap 2 sampel urin yang digunakan, sampel 1 mengandung kadar klorida sebesar 0,035, sampel 2 sebesar 0,071. Larutan standar memiliki kadar klorida sebesar 0,106. Sampel 1 maupun 2 mempunyai kadar klorida urin yang lebih rendah dari standar. Hal ini dapat terjadi karena sampel 1 dan 2 mendapat perlakuan yang berbeda dibandingkan sampel standar yang tidak mendapat perlakuan.
Menurut Pambela (1998), kreatinin merupakan limbah kimia molekul yang dihasilkan dari metabolisme otot. Kreatinin dihasilkan dari sebuah molekul yang sangat penting untuk produksi energi di otot.Kreatin disintesis di hati dari metionin, glisin, dan arginin, dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin phosphate), suatu senyawa penyimpan energi.Percobaan selanjutnya adalah penetapan kadar kreatinin pada urin,dilakukan reaksi Jaffe. Reaksi Jaffe berdasarkan pembentukan tautomer kreatin pikrat yang berwarna merah bila kreatinin direaksikan dengan larutan pikrat alkalis.
Kreatinin urin dari probandus diukur dengan cara memasukkan urin dan asam pikrat ke dalam labu takar 100 ml, lalu ditambahkan NaOH 10%. Kemudian dikocok dan dibiarkan 25 menit. Setelah 25 menit, diencerkan dan dicampur dengan cara dibolak balik. Selanjutnya dilakukan pembacaan dengan spektrofotometri, λ = 540 mµ. Berikut adalah hasil penetapan kreatinin urin.
Tabel 3 Hasil penetapan kadar kreatinin urin
Sampel
Absorbansi
Kadar kreatinin
Volum urin
Uji
0,353
0,51
1023
Berdasarkan tabel penetapan kadar kreatinin diatas, dapat diketahui bahwa kadar kreatinin dalam urin probandus adalah 0,51 g/24 jam. Kadar kreatinin uji jauh lebih kecil daripada kadar kreatinin urin normal. Kadar kreatinin dalam urin normal adalah 1,5 g  (Schwartz et al 1976). Adanya perbedaan tersebut mungkin dikarenakan kurangnya ketelitian praktikan dalam membaca absorbansi atau karena kurangnya kesadaran praktikan tentang kebersihan alat. Selain itu, perbedaan kadar kreatinin urin probandus dengan kadar kreatinin urin normal mungkin disebabkan oleh gangguan metabolisme yaitu gagal ginjal.
Kreatinin meninggi pada insufisiensi ginjal yang akut atau kronis, obstruksi traktus urinarius dan gangguan faal ginjal yang ditimbulkan oleh beberapa jenis obat. Bahan-bahan yang bukan kreatinin dapat bereaksi sehingga memberi hasil positif dengan metode alkalis pikrat (reaksi jaffe). Bahan-bahan tersebut adalah asetoasetat, aseton, β-Hidroksibutirat, α-ketoglutarat, piruvat, glukosa bilirubin, hemoglobin, urea, dan asam urat.Perbedaan hasil dapat juga  disebabkan oleh beberapa faktor seperti : usia, suku bangsa, jenis kelamin, lingkungan, sikap tubuh, makanan yang dimakan, obat-obatan, dan kadar aktivitas (Anonim 2010).