Gangguan Akibat Kekurangan Zat Yodium
Indonesia termasuk salah
satu di antara banyak Negara di dunia dimana Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY) masih merupakan masalah gizi utama. Dampak gangguan akibat kekurangan
yodium bukan hanya berupa pembesaran kelenjar gondok saja, tetapi juga
kretinisme yang ditandai dengan hambatan perkembangan mental yang tidak dapat
disembuhkan.
Kekurangan yodium merupakan penyebab utama terjadinya
pembesaran kelenjar gondok, sedangkan penyebab lainnya adalah karena adanya zat
goitrogenik dalam bahan makanan yang dimakan setiap hari seperti kubis,
singkong, rebung, dan lain sebagainya (Djokomoeljanto 1974). Zat Goitrogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan yodium oleh kelenjar gondok sehingga
konsentrasi yodium
dalam kelenjar menjadi rendah. Aktivitas bahan goitrogenik pada prinsipnya
bekerja pada tempat yang berlainan dalam rantai proses pembentukan hormon
tiroid, dapat dibagi atas dua macam yaitu :
a.
Menghambat
pengambilan yodium oleh kelenjar thyroid, golongan ini termasuk kelompok
perchlorate.
b.
Menghalangi
pembentukan ikatan organik antara iodium dan thyroxin untuk menjadi hormon
thyroid, golongan ini adalah kelompok tiouracils imidazoles.
Berdasarkan ekskresi iodium dalam urin, gangguan akibat
kekurangan yodium dikategorikan dalam tiga tingkatan, yaitu :
1. GAKY ringan : prevalensi gondok sekitar 2-19% pada anak sekolah dengan
median nilai iodium dalam urin lebih dari 50 µg per gram kreatinin.
2. GAKY sedang : prevalensi gondok antara 20-30%, terkadang disertai
hipotiroidi, median iodium dalam urin 25 µg per gram kreatinin.
3. GAKY berat : prevalensi gondok diatas 30%, terdapat keratin endemik dengan
nilai median yodium dalam urin dibawah 25 µg per gram kreatinin (Djokomoeljanto
1974).
Dari segi berat ringan gangguan akibat kekurangan
yodium, komplikasi terbesar adalah kretin endemik. Kretin endemik mempunyai
tiga sifat pokok yaitu; 1) secara epidemiologis selalu berhubungan dengan
gondok endemik dan defisiensi iodium berat ; 2) secara klinis ditandai dengan
defisiensi mental bersama dengan gejala neurologik yang mencolok terdiri dari
gangguan pendengaran dan bicara, kelainan khas pada saat berjalan dan sikap
berdiri atau hipotiroidi dan gangguan perkembangan pertumbuhan badan ; 3)
dengan upaya pencegahan yang baik yaitu dengan jalan memperbaiki defisiensi
yodium kelahiran bayi dengan kretin dapat dicegah. Sedang pengobatan penderita
kretin dengan yodium tidak memperbaiki perkembangan fisik, mental maupun saraf,
tetapi dapat memperbaiki hipotiroidi apabila hal itu bukan disebabkan oleh
atrofi kelenjar thyroid (Djokomoeljanto 1974).
Kelainan Kelenjar Tiroid
a) Hipotiroidisme
Keadaan tiroid yang kurang aktif
(hipoaktif) disebut hipotiroidisme, keadaan tersebut dapat diketahui dengan
cara memeriksa darah ke laboratorium. Jika pemeriksaan menunjukkan T3 dan T4
rendah dan kadar TSH yang tinggi disebut hipotiroidisme (Semiardji 2003).
Hipotiroidisme adalah suatu sindrom klinis akibat dari defisiensi hormon
tiroid, yang kemudian mengakibatkan perlambatan proses metabolik.
b) Gondok/Goiter
Jenis hipotiroidisme yang berkaitan
dengan pembesaran kelenjar tiroid disebut goiter tiroid atau gondok koloid
endemik. Mekanisme timbulnya goiter endemik adalah sebagai berikut ; kekurangan
yodium mencegah produksi hormon tiroksin dan triodotironin tetapi tidak
tersedia hormon yang dapat dipakai untuk menghambat produksi TSH oleh hipofise
anterior, sehingga kelenjar hipofase mensekresi banyak sekali TSH, selanjutnya
TSH akan menyebabkan sel-sel tiroid mensekresi tiroglobulin (koloid) dalam
jumlah yang banyak, sehingga kelenjar tumbuh semakin membesar dengan ukuran 10
sampai 30 kali dari ukuran normal. Pembesaran kelenjar tiroid terjadi sebagai
respon terhadap terjadinya akumulasi defisiensi yodium atau dikenal sebagai
penyakit gondok atau goiter (Guyton 1997).
c) Kretinisme
Kretinisme disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan kelenjar tiroid secara congenital akibat kelenjar tiroid tidak
memproduksi hormon secara normal (Semiardji 2003).
d) Hipertiroidisme
Keadaan tiroid yang terlalu aktif
disebut hipertiroidisme, keadaan ini dapat diketahui dengan cara memeriksa
darah secara laboratorium, jika kadar hormone T3, T4 tinggi dan kadar TSH
rendah maka disebut sebagai hipertiroidisme (Guyton 1997).
Dampak Negatif GAKY
Masalah GAKY mempunyai dampak negatif terhadap manusia
sejak manusia dalam kandungan, setelah lahir sampai dewasa. Faktor risiko yang
ditimbulkan pada wanita hamil terjadi abortus, lahir mati, berat badan lahir
rendah, sampai cacat bawaan bagi bayi yang dilahirkan (Djokomoeljanto 1997). Dampak
negatif GAKY pada kecerdasan dapat menurunkan rata-rata IQ masyarakat sebesar
13 point, pada perkembangan ekonomi dapat menurunkan produktifitas kerja dan
menyebabkan kehilangan pendapatan sampai 15%, sedangkan dampak negatif pada
perkembangan sosial adalah timbulnya rasa rendah diri pada penderita
(pembesaran kelenjar gondok) dan gangguan kehamilan (Djokomoeljanto 1987).
Rangkaian gangguan spektrum
kekurangan yodium baik secara fisik maupun mental sejak dalam kandungan sampai
dewasa sangat bervariasi sesuai dengan tingkat tumbuh kembang manusia. Spektrum
GAKY dapat dilihat seperti tabel berikut ;
Tabel 1. Spekrum GAKY
Fetus
|
Abortus
|
Lahir mati
|
Anomaly congenital
|
Peningkatan angka kematian perinatal
|
Peningkatan angka kematian bayi
|
Kretin neurologik : defisiensi mental
|
Bisu-tuli : diplegi spastic, juling
|
Kretin milksedematosa : defisiensi mental
|
Cebol
|
Efek psikomotorik
|
Neonates
|
Gondok
|
Hipotiroid neonatal
|
Bayi, anak, dan remaja
|
Gondok
|
Gangguan fungsi mental
|
Gangguan pertumbuhan fisik
|
Peningkatan kerentanan terhadap radiasi nuklir
|
Dewasa
|
Gondok dan komplikasinya
|
Hipotiroidi
|
Gangguan fungsi mental
|
Hipertiroidi diinduksi yodium
|
Peningkatan kerentanan terhadap radiasi nuklir
|
Sumber : Neonatal
Hypothyroidism, Kumpulan Naskah Pertemuan Ilmiah Nasional GAKY, Saidah RD (2001).
Syafril (2001) menyatakan secara patofisiologis
terdapat hubungan antara bervariasinya metabolisme yodium dan hormon tiroid
pada berbagai tingkat tumbuh kembang manusia. Makin dini terjadinya defisiensi
yodium akan semakin berat dan ireversibel akibatnya, makin lama menderita
gondok endemik akan semakin sering ditemukan gondok noduler dan hipotiroidi,
terutama setelah pemberian suplementasi yodium.
Yodium
dibutuhkan untuk sintesis hormon tiroid, dimana hormon ini penting bagi aspek
tumbuh kembang semua organ dan sistem tubuh, termasuk bagi perkembangan otak.
Perkembangan otak yang teganggu tersebut tercermin dari terlambatnya
perkembangan tonus dan reaksi postural. Namun keterlambatan ini tidak menetap,
karena pada usia 6 bulan mereka bisa mengejar ketinggalannya. Walaupun demikian
tidak berarti mereka terbebas dari risiko masalah perkembangan di kemudian
hari. Hal ini menjelaskan mengapa penduduk yang tinggal di daerah defisiensi
yodium mengalami gangguan berupa kapasitas mental rendah, gangguan kecerdasan
dan psikomotorik serta kesulitan belajar (Hartono 2002).
Pada kekurangan yodium, konsentrasi hormon tiroid
menurun dan hormon perangsang tiroid / TSH (Thyroid Stimulating Hormone)
meningkat agar kelenjar tiroid mampu menyerap lebih banyak yodium bila kekurangan
berlanjut sehingga sel kelenjar tiroid membesar dalam usaha meningkatkan pengambilan
yodium oleh kelenjar tersebut. Bila pembesaran ini menampak dinamakan gondok sederhana,
bila terdapat secara meluas di suatu daerah dinamakan gondok endemik.
Gondok dapat menampakkan dari dalam bentuk gejala yang
sangat luas, yaitu dalam bentuk kretinisme (cebol) di satu sisi dan pembesaran
kelenjar tiroid pada sisi lain. Gejala kekurangan yodium adalah malas dan
lamban, kelenjar tiroid membesar, pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan janin, dan dalam keadaan berat bayi lahir dalam keadaan cacat
mental yang permanen serta hambatan pertumbuhan yang dikenal sebagai kretinisme.
Seorang anak yang menderita kretinisme mempunyai bentuk tubuh abnormal dan IQ sekitar
20. Kekurangan yodium pada anak-anak menyebabkan kemampuan belajar yang rendah
(Almatsier, 2002).
Dampak Lain Kekurangan Yodium
Di daerah gondok endemik sedang dan berat ditemukan
manifestasi GAKY yang bukan kretin yaitu : kemampuan mental maupun psikomotor
berkurang, dan kematian meningkat. Hipotiroidi neonatal lebih banyak ditemukan
pada endemik berat ; pada penduduk normal ditemukan hipotiroidi baik secara
klinis maupun biokimiawi. Pada daerah endemik kadar air susu ibu lebih rendah
dibandingkan dengan daerah buka gondok endemik. Pada penduduk normal tidak ada
gangguan pendengaran, sedangkan gangguan tersebut banyak terdapat pada 93%
penduduk kretin (Djokomoeljanto 1989).
Usaha Penanggulangan Gaky
Mengingat masalah Gaky terutama disebabkan karena lingkungan
yang miskin sumber yodium, maka upaya penanggulangan ditekankan pada
suplementasi yodium baik secara oral, melalui garam beryodium maupun secara
parentral melalui preparat yodium dosis tinggi (Kresnawan, 1993). Kegiatan Gaky
yang dilaksanakan antara lain meliputi :
a. Upaya Jangka Pendek
Pemberian kapsul minyak beryodium
kepada penduduk wanita umur 0 – 35 tahun, pria 0 – 20 tahun sesuai dengan dosis
yang telah ditentukan, pemberian ini terutama kepada penduduk di daerah endemik
berat dan sedang.
b. Upaya Jangka Panjang
Iodisasi garam merupakan kegiatan
penanggulangan Gaky jangka panjang. Program untuk meyodisasi garam konsumsi
dimulai tahun 1975, dan pelaksanaan program mulai tahun 1980 dikelola oleh
perindustrian. Tujuan dari program ini adalah semua garam yang dikonsumsi oleh
masyarakat baik yang menderita maupun yang tidak dan garam beryodium tersedia diseluruh
wilayah Indonesia. (Departemen Perindustrian, 1983).
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier,
S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum.
Djokomoeljanto, R. 1974. The Effect of Severe Iodine Deficiency :
A study on Population in Central Jawa, Indonesia. Semarang : Thesis Universitas
Diponegoro.
------------------------.
1987. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi
Kedua. Jakarta : FKUI.
------------------------.
1997. Peta Gondok dan Gangguan Akibat
Kekurangan Iodium di Jawa Tengah. Jurnal Vol. 32. No. 1, M Med Indonesia.
Guyton, A , Jhon EH. 1997. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran (Tex Book of Medical Physiology) Edisi 9. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran.
Hartono, B.
2002. Perkembangan Fetus Dalam Kondisi
Defisiensi Yodium dan Cukup Yodium. Jurnal GAKY Indonesia Vol. 1 No.1,
Pusat GAKY-IDD Centre.
Saidah, RD. 2001. Neonatal Hypothyroidism. Kumpulan Naskah Pertemuan Ilmiah Nasional Gangguan
Akibat Kekurangan Yodium. Semarang : Universitas Diponegoro.
Semiardji, G.
2003. Penyakit Kelenjar Tiroid.
Jakarta : FK Universitas Indonesia.