Rabu, 16 Mei 2012

Situasi Dan Lingkungan Fisik Konsumen


Lagi lagi seorang calon ahli gizi mengerjakan tugas yang berkaitan dengan konsumen
sebenarnya apa hubungannya ?
APA ?
Jangan tanyakan aku, karena aku juga ga tau -_-'
Pokoknya dikerjain aja, di print, dan dikumpulin ke loker dosen
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Konsumen adalah makhluk sosial, yang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Konsumen berinteraksi dengan lingkungan alam sekelilingnya (cuaca, iklim, temperatur dan letak geografi, dan lain-lain). Sesuatu yg berbentuk fisik di sekeliling. konsumen, termasuk didalamnya adalah beragam produk, toko,lokasi toko, hujan, suhu udara, kemacetan lalu lintas, kelembaban, dan tingkat kebisingan. Cuaca akan mempengaruhi apa yg dibeli dan dikonsumsi konsumen (penjualan payung meningkat pada musim hujan).
Berdasarkan kedekatannya dengan konsumen, lingkungan konsumen bisa terbagi  ke dalam tiga bagian, yaitu lingkungan mikro, lingkungan makro, dan lingkungan fisik. Lingkungan mikro adalah lingkungan yang sangat dekat dengan konsumen, yang berinteraksi langsung dengan konsumen dan akan mempengaruhi perilaku, sikap, dan kognitif konsumen tertentu secara langsung. Lingkungan makro adalah lingkungan jauh dari konsumen, bersifat umum dan berskala luas karena itu lingkungan makro memiliki pengaruh luas terhadap masyarakat bukan hanya kepada individu konsumen. Sedangkan lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang berbentuk fisik yang berada disekeliling konsumen, bisa menempati ruang / tidak menempati ruang. Lingkungan Fisik meliputi lokasi, dekorasi, aroma, cahaya, cuaca, dan obyek fisik lainnya yang ada disekeliling konsumen
Situasi merupakan perilaku konsumen di suatu lingkungan untuk tujuan tertentu, situasi konsumen bisa berlangsung sangat singkat (misalnya membeli koran saat menunggu di lampu lalu lintas), lebih lama ( berbelanja di swalayan , 10-15 menit), atau sangat lama ( mencari dan membeli kendaraan bekas, 1-7 hari). Engel, Blackwell, dan Miniard (1995) mengemukakan bahwa pengaruh situasi adalah pengaruh yang muncul dari faktor-faktor yang sangat terkait dengan waktu dan tempat, yang tidak tergantung kepada konsumen dan karakteristik objek (produk atau merek).
Mowen dan Minor (1998) mengemukakan bahwa situasi konsumen adalah faktor lingkungan sementara yang menyebabkan suatu situasi dimana perilaku konsumen muncul pada waktu tertentu dan tempat tertentu.  Situasi konsumen terdiri dari 3 faktor yaitu tempat dan waktu, penjelasan mengapa perilaku tersebut terjadi, dan pengaruhnya terhadap perilaku konsumen. Situasi konsumen terdiri dari tiga macam, yaitu situasi komunikasi, situasi pembelian, serta situasi pemakaian dan strategi pemasaran. Oleh karena itu dilakukan peneliatian terhadap situasi dan lingkungan fisik konsumen.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui situasi dan lingkungan fisik konsumen di berbagai pusat perbelanjaan, seperti pasar tradisional, super market, mini market, dan hyper market.

Pengobatan Dan Pencegahan Hipertensi


4.1  Pengobatan Hipertensi
Menurut Gunawan (2001) terdapat dua jenis pengobatan untuk penderita hipertensi, yaitu pengobatan farmakologik dan non farmakologik (diet). Keputusan untuk memberikan pengobatan farmakologik mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu derajat kenaikan TD, adanya kerusakan organ target, dan adanya penyakit kardiovaskuler. Tujuan pengobatan adalah menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi dengan memelihara tekanan darah sistolik dibawah 140 mmHg, tekanan diastolik dibawah 90 mmHg disamping mencegah resiko penyakit kardiovaskuler lainnya.
Pendekatan utama terapi farmakologis dalam terapi hipertensi adalah menurunkan curah jantung, menurunkan volume darah, dan menurunkan resistensi perifer. Berdasarkan efek terapeutik, obat yang menurunkan curah jantung adalah beta blocker dan penghambat saraf adrenergik. Obat untuk menurunkan tahanan perifer adalah vasodilator, penghambat reserptor a-adrenergik, obat yang bekerj sentral, antagonis kalsium, ACE inhibitor, ARB, dan diuretik (dalam jangka panjang). Sedangkan obat untuk menurunkan volume darah adalah diuretik. Terdapat empat jenis obat yang paling banyak digunakan, yaitu diuretika, beta-blocker, kalcium antagonis, dan ACE inhibitor (Peter 1996).
Diuretika menambah kecepatan pembentukan urin atau meningkatkan eskresi air, natrium, klorida. Selain itu juga menurunkan volume darah dan tekanan darah akibat berkurangnya curah jantung. Beta blocker (penghambat adrenergik) menghambat reseptor beta adrenergic, pengurangan denyut jjantung dan kontraktilitas miokard. Antagonis calcium menghambat masuknya ion Ca melewati slow channel yang terdapat pada membran sel dilatasi arteriol perifer dan koroner yang menyebabkan tahanan perifer menurun, menghambat kontraksi otot jantung. Antagonis calcium memiliki efek samping yaitu konstipasi, mual, pusing, sakit kepala, hipotensi, dan edema.  ACE inhibitor menghambat pembentukan angiotensin II dari angiotensin I. ACE inhibitor juga memiliki efek samping yaitu batuk kering, angioedema, hiperkalemia, dangangguan pengecapan (Peter 1996).
Jenis pengobatan yang kedua adalah non farmakologik (diet). Modifikasi diet atau pengaturan diet sangat penting pada klien hipertensi, tujuan utama dari pengaturan diet hipertensi adalah mengatur tentang makanan sehat yang dapat mengontrol tekanan darah tinggi dan mengurangi penyakit kardiovaskuler. Secara garis besar, ada empat macam diet untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan keadaan tekanan darah , yakni : diet rendah garam, diet rendah kolestrol dan lemak terbatas, tinggi serat, dan rendah kalori bila kelebihan berat badan (Marvyn 1995).
Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau asites serta hipertensi. Tujuan diet rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan darah dan untuk mencegah edema dan penyakit jantung (lemah jantung). Adapun yang disebut rendah garam bukan hanya membatasi konsumsi garam dapur tetapi mengkonsumsi makanan rendah sodium atau natrium (Na). Oleh karena itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam melakukan diet rendah garam adalah komposisi makanan yang harus mengandung cukup zat – zat gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin dan rendah sodium dan natrium (Gunawan 2001).
Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking powder, MSG(Monosodium Glutamat), pengawet makanan atau natrium benzoat (Biasanya terdapat didalam saos, kecap, selai, jelly), makanan yang dibuat dari mentega serta obat yang mengandung natrium (obat sakit kepala . Bagi penderita hipertensi, biasakan penggunaan obat dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu (Marvyn 1995).
Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Di dalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu : kolestrol, trigeserida, dan pospolipid.Tubuh memperoleh kolestrol dari makanan sehari – hari dan dari hasil sintesis dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya jika dikonsumsi lebih banyak dari pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol dapat terjadi karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolestrol tinggi dan tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25 – 50 % dari setiap makanan (Smith 1995).
Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi, serat terdiri dari dua jenis yaitu serat kasar (Crude fiber) dan serat kasar banyak terdapat pada sayuran dan buah–buahan, sedangkan serat makanan terdapat pada makanan karbohidrat yaitu : kentang, beras, singkong dan kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan darah tinggi karena serat kasar mampu mengikat kolestrol maupun asam empedu dan selanjutnya membuang bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi mengandung serat kasar yang cukup tinggi (Gunawan 2001).
Menurut Gunawan (2001) diet rendah kalori dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan atau obesitas akan berisiko tinggi terkena hipertensi. Demikian juga dengan orang yang berusia 40 tahun mudah terkena hipertensi. Dalam perencanaan diet, perlu diperhatikan hal – hal berikut :
1.    Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau 500 kalori untuk penurunan 500 gram atau 0.5 kg berat badan per minggu
2.    Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi
3.    Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.
4.2  Pencegahan Hipertensi
Haruslah diakui sangat sulit untuk mendeteksi dan mengobati penderita hipertensi secara adekuat, harga obat-obat antihipertensi tidaklah murah, obat-obat baru amat mahal, dan mempunyai banyak efek samping. Untuk alasan inilah pengobatan hipertensi memang penting tetapi tidak lengkap tanpa dilakukan tindakan pencegahan untuk menurunkan faktor resiko penyakit kardiovaskuler akibat hipertensi.
Pencegahan hipertensi dilakukan melalui dua pendekatan : i) intervensi untuk menurunkan tekanan darah di populasi dengan tujuan menggeser distribusi tekanan darah kearah yang lebih rendah. Penurunan TDS sebanyak 2 mmHg di populasi mampu menurunkan kematian akibat stroke, PJK, dan sebab-sebab lain masing-masing sebesar 6%, 4% dan 3%. Penurunan TDS 3 mmHg ternyata dapat menurunkan kematian masing-masing sebesar 8%, 5% dan 4%. ii) strategi penurunan tekanan darah ditujukan pada mereka yang mempunyai kecenderungan meningginya tekanan darah, kelompok masyarakat ini termasuk mereka yang mengalami tekanan darah normal dalam kisaran yang tinggi (TDS 130-139 mmHg atau TDD 85-89 mmHg), riwayat keluarga ada yang menderita hipertensi, obsitas, tidak aktif secara fisik, atau banyak minum alkohol dan garam  (Marvyn 1995).
Berbagai cara yang terbukti mampu untuk mencegah terjadinya hipertensi, yaitu pengendalian berat badan, pengurangan asupan natrium klorida, berhenti merokok, beraktivitas, meminimalkan minum minuman beralkohol, dan pengendalian stres. Pencegahan darah tinggi memungkinkan seseorang untuk terhindar dari berbagai jenis komplikasi. Mempertahankan berat badan normal akan menurunkan resiko terkena darah tinggi. Hasil penelitian menunjukkan penurunan berat badan sebesar 5,9 pounds berkaitan dengan penurunan TDS dan TDD sebesar 1,3 mmHg dan 1,2 mmHg (Marvyn 1995).
Garam dapur merupakan faktor yang sangat dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan hipertensi yang rendah jika asupan garam antara 5-15 gram per hari, prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah. Garam mempunyai sifat menahan air. Mengkonsumsi garam lebih atau makan-makanan yang diasinkan dengan sendirinya akan menaikan tekanan darah. Hindari pemakaian garam yang berlebih atau makanan yang diasinkan. Hal ini tidak berarti menghentikan pemakaian garam sama sekali dalam makanan. Sebaliknya jumlah garam yang dikonsumsi batasi (Sobel 1999).
Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekanan darah karena nikotin akan diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembulu darah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokokmenggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan tekanan darah karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam organ dan jaringan tubuh (Sobel 1999).
Aktivitas sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, dimana pada orang yang sering beraktvitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tingi sehingga otot jantung akan harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri (Smith 1995).
Stress juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi dimana hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota. Stres tidak menyebabkan hipertensi yang menetap, tetapi stress berat dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah yang bersifat sementara yang sangat tinggi. Jika periode stress sering terjadi maka akan mengalami kerusakan pada pembuluh darah, jantung dan ginjal sama halnya seperti yang menetap (Smith 1995).

DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Marvyn, Leonard. 1995. Hipertensi : Pengendalian Lewat Vitamin, Gizi, dan Diet. Jakarta : Penerbit Arcan.
Peter, Semple. 1996. Tekanan Darah Tinggi. Penerjemah : Meitasari Tjandrasa. Jakarta : Penerbit Arcan.
Smith, Tom. 1995. Tekanan darah Tinggi : Mengapa Terjadi, Bagaimana Mengatasinya ?. Jakarta : Penerbit Arcan.
Sobel, Barry J. 1999. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosa dan Terapi. Jakarta : Penerbit Hipokrates.