HASIL
DAN PEMBAHASAN
Asam
urat adalah hasil produksi oleh tubuh, sehingga keberadaannya bisa normal dalam
darah dan urin. Akan tetapi sisa dari metabolisme protein makanan yang
mengandung purin pun juga akan menghasilkan asam urat.Hal ini yang membuat
kadar asam urat dalam urin dapat
meningkat.Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai pada
semua makanan dari sel hidup, yakni makanan dari tanaman (sayur, buah, kacang-kacangan) atau pun hewan
seperti daging, jeroan, ikan sarden (Saraswati 2009). Percobaan penetapan kadar asam
urat pada urin menggunakan sampel urin yang diberi beberapa perlakuan.
Langkah pertama yang dilakukan dalam
percobaan adalah menghitung kadar asam urat dengan mengencerkan urin ke dalam labu takar 100 ml
dengan menambahkan akuades. Setelah itu, ditambahkan
NaCN 5% dan 2 pereaksi
arsenofosfotungtat. Langkah selanjutnya adalah mengencerkan larutan
tersebut ke dalam
labu takar 100 ml. Perubahan
warna pada larutan ini yang menjadi salah satu indikator adanya reaksi reduksi
arsenofosfotungstat menjadi arsenofosfotungstit.
Kadar
asam urat di dalam darah bisa meningkat bila seseorang terlalu banyak
mengkonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi seperti ekstrak daging,
kerang, dan jeroan seperti hati ginjal, limpa, paru, otak (Misnadiarly 2007). Kadar asam urat di dalam tubuh tetaplah harus berada di
dalam range yang standar untuk menghidari adanya efek samping yang ditimbulkan
bila kadar asam urat dalam urin berlebihan.Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian terhadap kadar asam urat dalam
tubuh agar kita dapat mengetahui kadarnya berlebihan atau tidak di dalam tubuh. Nilai kadar
asam urat diperoleh sebagai berikut.
Tabel 1 Data hasil pengamatan kadar
asam urat urin
Sampel
|
Absorbansi
|
Kadar asam urat
|
Volum urin
|
Blanko
|
0,020
|
0,608
|
980
ml
|
Standar
|
0,245
|
||
Uji
|
0,165
|
Dari percobaan yang dilakukan terlihat jelas perbedaan
uji kadar asam urat yang menggunakan urin dan blanko. Uji kadar asam urat yang
menggunakan urin berwarna biru agak tua dan uji kadar asam urat blanko
(menggunakan air) berwarna bening kekuningan. Hal ini menunjukkan bahwa uji
yang menggunakan urin mengandung asam urat sedangkan blanko tidak mengandung
asam urat karena pada blanko tidak mengalami perubahan yang berarti tidak ada
arsenofosfotungstat yang direduksi.
Seperti tabel diatas kita dapat melihat bahwa pada data
blanko hasil absorbansi menunjukkan 0,020, sedangkan untuk uji standar
absorbansi dari sampel tersebut menunjukkan angka 0,245 dan yang terakhir untuk
sampel uji dari asam urat menunjukkan hasil absorbansi 0,165. Berdasarkan data
angka absorbansi diatas yang telah kita dapatkan maka dengan rumus perhitungan
kadar asam urat didapatkan kadar asam urat urin sebesar 0,608. Hal itu jika
dilihat dari literature Misnadiarly (2007) yang menyatakan bahwa kadar asam
urat normal untuk pria berkisar 3,4-7 mg/dL tidak sesuai karena kadar asam urat
yang diamati terlalu kecil. Penurunan pengeluaran asam urat biasanya disebabkan
adanya gangguan ginjal atau pengaruh pemberian obat atau pengaruh beberapa
jenis zat gizi yang dapat menghambat pengeluaran asam urat (Almatsier 2003).
Klorida
merupakan elektrolit bermuatan negatif, banyak terdapat pada cairan
ekstraseluler (di luar sel), tidak berada dalam serum, berperan penting dalam
keseimbangan cairan tubuh, keseimbangan asam basa tubuh. Klorida sebagian besar
terikat dengan natrium membentuk NaCl (natrim klorida). Penurunan dan
peningkatan kadar klorida dalam tubuh memiliki resiko tersendiri bagi tubuh. Penurunan
klorida dapat terjadi pada penderita muntah, bilas lambung, diare, diet rendah
garam, infeksi akut, luka bakar, terlalu banyak keringat, gagal jantung kronis,
penggunaan obat thiazid,
diuretik, dan Iain-lain.Peningkatan
klorida terjadi pada penderita dehidrasi,cedera kepala, peningkatan natrium,
gangguan ginjal,penggunaan obat kortison, asetazolamid, dan Iain-Iain (Anonim
2011).
Percobaan penetapan kadar klorida
urin dapat dilakukan dengan titrasi urin yang menggunakan larutan merkuri
nitrat laruatan indikator difenilkarbazon. Percobaan dilakukan dengan urinyang di
titrasi dengan menggunakan merkuri nitrat dalam suasana asam. Larutan indikator
difenilkarbazon
(DPC) sebagai indikator dapat menunjukkan titik akhir dengan pembentukan
kompleks ungu . Selanjutnya merkuri(II)
nitrat sebagai titran akan bereaksi dengan titrat yang mengandung klorida
anorganik membentuk merkuri(II) klorida. Kelebihan merkuri nitrat akan bereaksi
dengan indikator difenilkarbazon membentuk kompleks merkuri-difenilkarbazon yang
berwarna ungu. Bahan-bahan yang dapat mengganggu dalam analisis ini ialah
kromat, feri, dan ion sulfit jika keberadaannya lebih dari 10 mg/L .
Percobaan dilakukan dengan
pengambilan urin menggunakan pipet volumetriklalu tambahkan air sampai 100 ml. Dari urin encer ini, diambil
sebanyak 5 ml dan masukkan ke dalam sebuah gelas kimia 50 ml, kemudian tambahkan indikator.
Lakukan dalam duplo. Lakukan
titrasi dengan larutan merkuri nitrat. Kekuatan larutan merkuri nitrat yang
tepat diketahui dengan titrasi terhadap 5 ml larutan standar NaCl. Dari
prosedur ini maka dapat dihitung jumlah NaCl dalam urin 24 jam.
Tabel 2 Data hasil pengamatan kadar klorida urin
Sampel
|
V (ml)titrasi
|
Kadar klorida
|
Standar
|
0,6
|
0,106
|
Uji 1
|
0,2
|
0, 035
|
Uji 2
|
0,4
|
0,071
|
Setelah
dilakukan perhitungan terhadap 2 sampel urin yang digunakan, sampel 1 mengandung
kadar klorida sebesar 0,035, sampel 2 sebesar 0,071. Larutan standar memiliki kadar
klorida sebesar 0,106. Sampel 1 maupun 2 mempunyai kadar klorida urin yang lebih rendah dari
standar. Hal ini dapat terjadi karena sampel 1 dan 2 mendapat perlakuan yang
berbeda dibandingkan sampel standar yang tidak mendapat perlakuan.
Menurut Pambela (1998), kreatinin
merupakan limbah kimia molekul yang dihasilkan dari metabolisme otot. Kreatinin
dihasilkan dari sebuah molekul yang sangat penting untuk produksi energi di
otot.Kreatin disintesis di hati dari
metionin, glisin, dan arginin, dan terdapat dalam hampir semua otot
rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin phosphate),
suatu senyawa penyimpan energi.Percobaan selanjutnya adalah penetapan kadar
kreatinin pada urin,dilakukan reaksi Jaffe. Reaksi Jaffe berdasarkan
pembentukan tautomer kreatin pikrat yang berwarna merah bila kreatinin
direaksikan dengan larutan pikrat alkalis.
Kreatinin urin dari
probandus diukur dengan cara memasukkan urin dan asam pikrat ke dalam labu
takar 100 ml, lalu ditambahkan NaOH 10%. Kemudian dikocok dan dibiarkan 25
menit. Setelah 25 menit, diencerkan dan dicampur dengan cara dibolak balik.
Selanjutnya dilakukan pembacaan dengan spektrofotometri, λ = 540 mµ. Berikut
adalah hasil penetapan kreatinin urin.
Tabel 3 Hasil penetapan
kadar kreatinin urin
Sampel
|
Absorbansi
|
Kadar kreatinin
|
Volum urin
|
Uji
|
0,353
|
0,51
|
1023
|
Berdasarkan tabel penetapan kadar kreatinin diatas, dapat diketahui
bahwa kadar kreatinin dalam urin probandus adalah 0,51 g/24 jam. Kadar
kreatinin uji jauh lebih kecil daripada kadar kreatinin urin normal. Kadar
kreatinin dalam urin normal adalah 1,5 g
(Schwartz et al 1976). Adanya
perbedaan tersebut mungkin dikarenakan kurangnya ketelitian praktikan dalam
membaca absorbansi atau karena kurangnya kesadaran praktikan tentang kebersihan
alat. Selain itu, perbedaan kadar kreatinin urin probandus dengan kadar
kreatinin urin normal mungkin disebabkan oleh gangguan metabolisme yaitu gagal
ginjal.
Kreatinin meninggi pada
insufisiensi ginjal yang akut atau kronis, obstruksi traktus urinarius dan
gangguan faal ginjal yang ditimbulkan oleh beberapa jenis obat. Bahan-bahan
yang bukan kreatinin dapat bereaksi sehingga memberi hasil positif dengan
metode alkalis pikrat (reaksi jaffe). Bahan-bahan tersebut adalah asetoasetat,
aseton, β-Hidroksibutirat, α-ketoglutarat, piruvat, glukosa bilirubin,
hemoglobin, urea,
dan asam urat.Perbedaan hasil dapat juga disebabkan oleh beberapa faktor seperti : usia, suku
bangsa, jenis kelamin, lingkungan, sikap tubuh, makanan yang dimakan,
obat-obatan,
dan kadar aktivitas (Anonim
2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar