Selasa, 08 Mei 2012

URIN KUANTITATIF


HASIL DAN PEMBAHASAN
Asam urat adalah hasil produksi oleh tubuh, sehingga keberadaannya bisa normal dalam darah dan urin. Akan tetapi sisa dari metabolisme protein makanan yang mengandung purin pun juga akan menghasilkan asam urat.Hal ini yang membuat kadar asam urat dalam urin dapat meningkat.Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan dari sel hidup, yakni makanan dari tanaman (sayur, buah, kacang-kacangan) atau pun hewan seperti daging, jeroan, ikan sarden (Saraswati 2009). Percobaan penetapan kadar asam urat pada urin menggunakan sampel urin yang diberi beberapa perlakuan.
            Langkah pertama yang dilakukan dalam percobaan adalah menghitung kadar asam urat dengan mengencerkan urin ke dalam labu takar 100 ml dengan menambahkan akuades. Setelah itu, ditambahkan NaCN 5% dan 2 pereaksi arsenofosfotungtat. Langkah selanjutnya adalah mengencerkan larutan tersebut ke dalam labu takar 100 ml. Perubahan warna pada larutan ini yang menjadi salah satu indikator adanya reaksi reduksi arsenofosfotungstat menjadi arsenofosfotungstit.
Kadar asam urat di dalam darah bisa meningkat bila seseorang terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi seperti ekstrak daging, kerang, dan jeroan seperti hati ginjal, limpa, paru, otak (Misnadiarly 2007). Kadar asam urat di dalam tubuh tetaplah harus berada di dalam range yang standar untuk menghidari adanya efek samping yang ditimbulkan bila kadar asam urat dalam urin berlebihan.Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian terhadap kadar asam urat dalam tubuh agar kita dapat mengetahui kadarnya berlebihan atau tidak di dalam tubuh. Nilai kadar asam urat diperoleh sebagai berikut.
Tabel 1 Data hasil pengamatan kadar asam urat urin
Sampel
Absorbansi
Kadar asam urat
Volum urin
Blanko
0,020
0,608
980 ml
Standar
0,245
Uji
0,165
Dari percobaan yang dilakukan terlihat jelas perbedaan uji kadar asam urat yang menggunakan urin dan blanko. Uji kadar asam urat yang menggunakan urin berwarna biru agak tua dan uji kadar asam urat blanko (menggunakan air) berwarna bening kekuningan. Hal ini menunjukkan bahwa uji yang menggunakan urin mengandung asam urat sedangkan blanko tidak mengandung asam urat karena pada blanko tidak mengalami perubahan yang berarti tidak ada arsenofosfotungstat yang direduksi.
Seperti tabel diatas kita dapat melihat bahwa pada data blanko hasil absorbansi menunjukkan 0,020, sedangkan untuk uji standar absorbansi dari sampel tersebut menunjukkan angka 0,245 dan yang terakhir untuk sampel uji dari asam urat menunjukkan hasil absorbansi 0,165. Berdasarkan data angka absorbansi diatas yang telah kita dapatkan maka dengan rumus perhitungan kadar asam urat didapatkan kadar asam urat urin sebesar 0,608. Hal itu jika dilihat dari literature Misnadiarly (2007) yang menyatakan bahwa kadar asam urat normal untuk pria berkisar 3,4-7 mg/dL tidak sesuai karena kadar asam urat yang diamati terlalu kecil. Penurunan pengeluaran asam urat biasanya disebabkan adanya gangguan ginjal atau pengaruh pemberian obat atau pengaruh beberapa jenis zat gizi yang dapat menghambat pengeluaran asam urat (Almatsier 2003).
Klorida merupakan elektrolit bermuatan negatif, banyak terdapat pada cairan ekstraseluler (di luar sel), tidak berada dalam serum, berperan penting dalam keseimbangan cairan tubuh, keseimbangan asam basa tubuh. Klorida sebagian besar terikat dengan natrium membentuk NaCl (natrim klorida). Penurunan dan peningkatan kadar klorida dalam tubuh memiliki resiko tersendiri bagi tubuh. Penurunan klorida dapat terjadi pada penderita muntah, bilas lambung, diare, diet rendah garam, infeksi akut, luka bakar, terlalu banyak keringat, gagal jantung kronis, penggunaan obat thiazid, diuretik, dan Iain-lain.Peningkatan klorida terjadi pada penderita dehidrasi,cedera kepala, peningkatan natrium, gangguan ginjal,penggunaan obat kortison, asetazolamid, dan Iain-Iain (Anonim 2011).
            Percobaan penetapan kadar klorida urin dapat dilakukan dengan titrasi urin yang menggunakan larutan merkuri nitrat laruatan indikator difenilkarbazon. Percobaan dilakukan dengan urinyang di titrasi dengan menggunakan merkuri nitrat dalam suasana asam. Larutan indikator difenilkarbazon (DPC) sebagai indikator dapat menunjukkan titik akhir dengan pembentukan kompleks ungu . Selanjutnya merkuri(II) nitrat sebagai titran akan bereaksi dengan titrat yang mengandung klorida anorganik membentuk merkuri(II) klorida. Kelebihan merkuri nitrat akan bereaksi dengan indikator difenilkarbazon membentuk kompleks merkuri-difenilkarbazon yang berwarna ungu. Bahan-bahan yang dapat mengganggu dalam analisis ini ialah kromat, feri, dan ion sulfit jika keberadaannya lebih dari 10 mg/L .
            Percobaan dilakukan dengan pengambilan urin menggunakan pipet volumetriklalu tambahkan air sampai 100 ml. Dari urin encer ini, diambil sebanyak 5 ml dan masukkan ke dalam sebuah gelas kimia 50 ml, kemudian tambahkan indikator. Lakukan dalam duplo. Lakukan titrasi dengan larutan merkuri nitrat. Kekuatan larutan merkuri nitrat yang tepat diketahui dengan titrasi terhadap 5 ml larutan standar NaCl. Dari prosedur ini maka dapat dihitung jumlah NaCl dalam urin 24 jam.
Tabel 2 Data hasil pengamatan kadar klorida urin
Sampel
V (ml)titrasi
Kadar klorida
Standar
0,6
0,106
Uji 1
0,2
0, 035
Uji 2
0,4
0,071
Setelah dilakukan perhitungan terhadap 2 sampel urin yang digunakan, sampel 1 mengandung kadar klorida sebesar 0,035, sampel 2 sebesar 0,071. Larutan standar memiliki kadar klorida sebesar 0,106. Sampel 1 maupun 2 mempunyai kadar klorida urin yang lebih rendah dari standar. Hal ini dapat terjadi karena sampel 1 dan 2 mendapat perlakuan yang berbeda dibandingkan sampel standar yang tidak mendapat perlakuan.
Menurut Pambela (1998), kreatinin merupakan limbah kimia molekul yang dihasilkan dari metabolisme otot. Kreatinin dihasilkan dari sebuah molekul yang sangat penting untuk produksi energi di otot.Kreatin disintesis di hati dari metionin, glisin, dan arginin, dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin phosphate), suatu senyawa penyimpan energi.Percobaan selanjutnya adalah penetapan kadar kreatinin pada urin,dilakukan reaksi Jaffe. Reaksi Jaffe berdasarkan pembentukan tautomer kreatin pikrat yang berwarna merah bila kreatinin direaksikan dengan larutan pikrat alkalis.
Kreatinin urin dari probandus diukur dengan cara memasukkan urin dan asam pikrat ke dalam labu takar 100 ml, lalu ditambahkan NaOH 10%. Kemudian dikocok dan dibiarkan 25 menit. Setelah 25 menit, diencerkan dan dicampur dengan cara dibolak balik. Selanjutnya dilakukan pembacaan dengan spektrofotometri, λ = 540 mµ. Berikut adalah hasil penetapan kreatinin urin.
Tabel 3 Hasil penetapan kadar kreatinin urin
Sampel
Absorbansi
Kadar kreatinin
Volum urin
Uji
0,353
0,51
1023
Berdasarkan tabel penetapan kadar kreatinin diatas, dapat diketahui bahwa kadar kreatinin dalam urin probandus adalah 0,51 g/24 jam. Kadar kreatinin uji jauh lebih kecil daripada kadar kreatinin urin normal. Kadar kreatinin dalam urin normal adalah 1,5 g  (Schwartz et al 1976). Adanya perbedaan tersebut mungkin dikarenakan kurangnya ketelitian praktikan dalam membaca absorbansi atau karena kurangnya kesadaran praktikan tentang kebersihan alat. Selain itu, perbedaan kadar kreatinin urin probandus dengan kadar kreatinin urin normal mungkin disebabkan oleh gangguan metabolisme yaitu gagal ginjal.
Kreatinin meninggi pada insufisiensi ginjal yang akut atau kronis, obstruksi traktus urinarius dan gangguan faal ginjal yang ditimbulkan oleh beberapa jenis obat. Bahan-bahan yang bukan kreatinin dapat bereaksi sehingga memberi hasil positif dengan metode alkalis pikrat (reaksi jaffe). Bahan-bahan tersebut adalah asetoasetat, aseton, β-Hidroksibutirat, α-ketoglutarat, piruvat, glukosa bilirubin, hemoglobin, urea, dan asam urat.Perbedaan hasil dapat juga  disebabkan oleh beberapa faktor seperti : usia, suku bangsa, jenis kelamin, lingkungan, sikap tubuh, makanan yang dimakan, obat-obatan, dan kadar aktivitas (Anonim 2010).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar