HASIL DAN PEMBAHASAN
Glikogen merupakan
simpanan karbohidrat dalam bentuk glukosa di dalam tubuh yang berfungsi sebagai
salah satu sumber energi. Di dalam tubuh, jaringan
otot dan hati merupakan dua komponen utama yang digunakan oleh tubuh untuk menyimpan glikogen. Sintesis dan pemecahan glikogen berlangsung lewat jalan yang
berbeda. Tergantung pada proses yang mempengaruhinya. Molekul glikogen menjadi
lebih kecil atau lebih besar namun hal ini jarang terjadi. Apabila ada, molekul
tersebut dipecah sempurna, meski pada hewan kelaparan simpanan glikogen tidak
pernah kosong sama sekali. Sekitar 85% D-glukosa yang dihasilkan dari pemecahan
glikogen terdapat dalam bentuk 1-fosfatnya, sedang 15% dalam bentuk glukosa
bebas (Montgomery 1983).
Praktikum kali ini melakukan percobaan mengukur
kadar glikogen pada hati tikus. Pengukuran dilakukan dengan cara menggunakan
endapan dan filtrat hati. Pada minggu pertama dilakukan proses pelumatan hati
tikus, hati yang ditempatkan di NaCl dikeluarkan lalu dikeringkan diantara dua
kertas saring, kemudian ditimbang. Selanjutnya dilakukan proses pelumatan hati
dengan akuades, lalu ditimbang beratnya. Proses selanjutnya adalah ekstraksi
glikogen dengan memasukkan lumatan hati ke dalam kaserol. Dipanaskan hingga
mendidih, lalu ditambahkan asam asetat, kemudian dididihkan sampai volume
menjadi setengah dari semula. Endapan dan filtrat disaring lalu ditambahkan
alkohol 95% empat kali volume larutan, kemudian disimpan selama satu minggu.
Endapan glikogen yang telah disimpan selama satu minggu
di sentrifuge selama 5 menit untuk memisahkan filtrat dan endapan. Semua
endapan diambil kemudian ditambahkan akuades dan HCl pekat. Fungsi dari larutan HCL adalah untuk menghidrolisis glikogen
sehingga membantu pada saat proses homogenisasi yang akhirnya kadar glikogen
hati dapat ditentukan (Montgomery 1983). Proses
ini diibaratkan ketika makanan masuk kelambung lalu dicampur dengan HCl
sehingga menjadi asam.
Tahap berikutnya adalah larutan tersebut dididihkan selama 10
menit lalu dinetralkan dengan NaOH sampai pH 7. Tahap ini diibaratkan
ketika makanan dari lambung masuk ke usus akan diubah dari
asam menjadi basa. Larutan hasil hidrolisis tersebut dipindahkan ke
tabung reaksi 10 ml kemudian dilakukan deproteinisasi. Larutan hasil hidrolisis
glikogen hati disebut larutan uji A. larutan uji A dan TCA 10% dicampurkan lalu
disentrfuge selama 5 menit.
Tahapan terkahir adalah larutan supernatan uji
dicampurkan dengan O-toluidin lalu dipanaskan selama 8 menit, kemudian
didinginkan 20 menit. Selanjutnya dihitung absorbansinya (λ=625 nm) dengan
spektrometer. Setelah perhitungan nilai absorbansi, dihitung kadar glukosa hati
tikus seperti yang tertera dilampiran, sehingga diperoleh nilai kadar glukosa
hati seperti yang tercantum pada tabel berikut.
Tabel 2 hasil perhitungan penetapan kadar glukosa hati
Balnko
|
Standar
|
Puasa
|
Tidak Puasa
|
0
|
0,05
|
0,11
|
0,02
|
0,05
|
0,07
|
||
Rata-rata
|
0,08
|
0,05
|
Berdasarkan hasil perhitungan maka diketahui bahwa
kadar glukosa hati pada tikus puasa lebih besar daripada tikus tidak puasa,
yaitu 0,08 mg/g pada tikus puasa dan 0,05 mg/g pada tikus tidak puasa. Hal
ini tidak sesuai dengan Prijanti (2008), menurutnya cadangan
glikogen dalam hati akan digunakan ketika keadaan lapar, hal ini dikarenakan
dalam keadaan puasa glikogen di hati dipecah melalui proses glikogenolisis
menjadi glukosa yang langsung ditransfer ke darah. Glikogen yang dipecah akan
menyebabkan glukosa di hati menjadi lebih sedikit.
Glikogen sewaktu-waktu
diubah jadi glukosa sebagai sumber energi. Ketika puasa lemak tubuh dirombak
jadi asam lemak dan gliserol, lalu diubah menjadi glukosa, untuk menjamin agar
kadar gula darah tetap dan sumber energi bagi metabolisme dan gerakan tubuh
selalu cukup. Puasa merupakan salah satu kondisi yang
dapat menyebabkan stres oksidatif. Kebutuhan utama pada saat kelaparan adalah
senyawa penghasil energi. Jawaban fisiologis pertama terhadap kekurangan pangan
adalah mempertahankan kadar glukosa darah. Glikogen hati hanya dapat
menyediakan glukosa selama beberapa jam, dan setelah itu terjadi proses
glukoneogenesis dalam hati yang membutuhkan substrat dari jaringan lain.
Substrat ini berasal dari asam amino glikogenik dan lemak (Montgomery1983).
Menurut Montgomery (1983), pada tikus yang tidak puasa kadar glikogen hati lebih besar daripada tikus puasa. Hal tersebut dikarenakan pada sebelum tikus diambil hatinya keadaan kandungan glukosa pada tubuhnya
masih dipasok secara normal dan belum memakai kadar glikogen pada tubuhnya.
Setelah ingesti makanan yang mengandung karbohohidrat, kadar glukosa darah akan
naik. Kesalahan hasil praktikum kali ini
mungkin disebabkan kurangnya ketelitian praktikan dalam melakukan prosedur
kerja sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh
Prijanti (2008) dan Montgomery (1983).
DAFTAR
PUSTAKA
Montgomery R,
Dryer RL, Conway TW, Spector AA. 1983. Biokimia: Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus-Kasus Jilid 1. Diterjemahkan
Ismadi M. Yogyakarta : Penerbit Gajah Mada University
Press.
Prijanti. AR. 2008. Metabolisme Karbohidrat. Jakarta : FKUI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar