Selasa, 08 Mei 2012

GLIKOGEN HATI TIKUS


HASIL DAN PEMBAHASAN
Glikogen merupakan simpanan karbohidrat dalam bentuk glukosa di dalam tubuh yang berfungsi sebagai salah satu sumber energi. Di dalam tubuh, jaringan otot dan hati merupakan dua komponen utama yang digunakan oleh tubuh untuk menyimpan glikogen. Sintesis dan pemecahan glikogen berlangsung lewat jalan yang berbeda. Tergantung pada proses yang mempengaruhinya. Molekul glikogen menjadi lebih kecil atau lebih besar namun hal ini jarang terjadi. Apabila ada, molekul tersebut dipecah sempurna, meski pada hewan kelaparan simpanan glikogen tidak pernah kosong sama sekali. Sekitar 85% D-glukosa yang dihasilkan dari pemecahan glikogen terdapat dalam bentuk 1-fosfatnya, sedang 15% dalam bentuk glukosa bebas (Montgomery 1983).
Praktikum kali ini melakukan percobaan mengukur kadar glikogen pada hati tikus. Pengukuran dilakukan dengan cara menggunakan endapan dan filtrat hati. Pada minggu pertama dilakukan proses pelumatan hati tikus, hati yang ditempatkan di NaCl dikeluarkan lalu dikeringkan diantara dua kertas saring, kemudian ditimbang. Selanjutnya dilakukan proses pelumatan hati dengan akuades, lalu ditimbang beratnya. Proses selanjutnya adalah ekstraksi glikogen dengan memasukkan lumatan hati ke dalam kaserol. Dipanaskan hingga mendidih, lalu ditambahkan asam asetat, kemudian dididihkan sampai volume menjadi setengah dari semula. Endapan dan filtrat disaring lalu ditambahkan alkohol 95% empat kali volume larutan, kemudian disimpan selama satu minggu.
Endapan glikogen yang telah disimpan selama satu minggu di sentrifuge selama 5 menit untuk memisahkan filtrat dan endapan. Semua endapan diambil kemudian ditambahkan akuades dan HCl pekat. Fungsi dari larutan HCL adalah untuk menghidrolisis glikogen sehingga membantu pada saat proses homogenisasi yang akhirnya kadar glikogen hati dapat ditentukan (Montgomery 1983). Proses ini diibaratkan ketika makanan masuk kelambung lalu dicampur dengan HCl sehingga menjadi asam.
Tahap berikutnya adalah larutan tersebut dididihkan selama 10 menit lalu dinetralkan dengan NaOH sampai pH 7. Tahap ini diibaratkan ketika makanan dari lambung masuk ke usus akan diubah dari asam menjadi basa. Larutan hasil hidrolisis tersebut dipindahkan ke tabung reaksi 10 ml kemudian dilakukan deproteinisasi. Larutan hasil hidrolisis glikogen hati disebut larutan uji A. larutan uji A dan TCA 10% dicampurkan lalu disentrfuge selama 5 menit.
Tahapan terkahir adalah larutan supernatan uji dicampurkan dengan O-toluidin lalu dipanaskan selama 8 menit, kemudian didinginkan 20 menit. Selanjutnya dihitung absorbansinya (λ=625 nm) dengan spektrometer. Setelah perhitungan nilai absorbansi, dihitung kadar glukosa hati tikus seperti yang tertera dilampiran, sehingga diperoleh nilai kadar glukosa hati seperti yang tercantum pada tabel berikut.
Tabel 2 hasil perhitungan penetapan kadar glukosa hati
Balnko
Standar
Puasa
Tidak Puasa
0
0,05
0,11
0,02
0,05
0,07
Rata-rata
0,08
0,05
Berdasarkan hasil perhitungan maka diketahui bahwa kadar glukosa hati pada tikus puasa lebih besar daripada tikus tidak puasa, yaitu 0,08 mg/g pada tikus puasa dan 0,05 mg/g pada tikus tidak puasa. Hal ini tidak sesuai dengan Prijanti (2008), menurutnya cadangan glikogen dalam hati akan digunakan ketika keadaan lapar, hal ini dikarenakan dalam keadaan puasa glikogen di hati dipecah melalui proses glikogenolisis menjadi glukosa yang langsung ditransfer ke darah. Glikogen yang dipecah akan menyebabkan glukosa di hati menjadi lebih sedikit.
Glikogen sewaktu-waktu diubah jadi glukosa sebagai sumber energi. Ketika puasa lemak tubuh dirombak jadi asam lemak dan gliserol, lalu diubah menjadi glukosa, untuk menjamin agar kadar gula darah tetap dan sumber energi bagi metabolisme dan gerakan tubuh selalu cukup. Puasa merupakan salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif. Kebutuhan utama pada saat kelaparan adalah senyawa penghasil energi. Jawaban fisiologis pertama terhadap kekurangan pangan adalah mempertahankan kadar glukosa darah. Glikogen hati hanya dapat menyediakan glukosa selama beberapa jam, dan setelah itu terjadi proses glukoneogenesis dalam hati yang membutuhkan substrat dari jaringan lain. Substrat ini berasal dari asam amino glikogenik dan lemak (Montgomery1983).
Menurut Montgomery (1983), pada tikus yang tidak puasa kadar glikogen hati lebih besar daripada tikus puasa. Hal tersebut dikarenakan pada sebelum tikus diambil hatinya keadaan kandungan glukosa pada tubuhnya masih dipasok secara normal dan belum memakai kadar glikogen pada tubuhnya. Setelah ingesti makanan yang mengandung karbohohidrat, kadar glukosa darah akan naik. Kesalahan hasil praktikum kali ini mungkin disebabkan kurangnya ketelitian praktikan dalam melakukan prosedur kerja sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Prijanti (2008) dan Montgomery (1983).

DAFTAR PUSTAKA
Montgomery R, Dryer RL, Conway TW, Spector AA. 1983. Biokimia: Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus-Kasus Jilid 1. Diterjemahkan Ismadi M. Yogyakarta : Penerbit Gajah Mada University Press.
Prijanti. AR. 2008. Metabolisme Karbohidrat. Jakarta : FKUI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar