TINJAUAN
PUSTAKA
Kadar Air
Kadar air
merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam
satuan persen. Kadar air juga merupakan karakteristik yang sangat penting dalam
bahan pangan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta ikut
menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut. Kadar air menyebabkan
mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk berkembang biak sehingga akan terjadi
perubahan pada bahan pangan (Haryanto 1992). Kadar air adalah perbedaan antara
berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan. Setiap bahan bila
diletakkan dalam udara terbuka kadar airnya akan mencapai keseimbangan dengan
kelembaban udara disekitarnya. Kadar air ini disebut dengan kadar air seimbang.
Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan
acceptability, kesegaran dan daya tahan bahan itu. Selain merupakan bagian dari
suatu bahan makanan, air merupakan pencuci yang baik bagi bahan makanan
tersebut atau alat-alat yang akan digunakan dalam pengolahannya. Kandungan air
dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan makanan terhadap serangan
mikroba yang dinyatakan dengan Aw yaitu jumlah air bebas yang dapat
digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya (Winarno 2004).
Penetapan kandungan air dapat
dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini tergantung pada sifat bahannya. Pada
umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada
suhu 105 – 110 °C selama 3 jam atau sampai didapat berat yang konstan. Untuk
bahan yang tidak tahan panas, seperti bahan berkadar gula tinggi, minyak,
daging, kecap dan lain-lain pemanasan dilakukan dalam oven vakum dengan suhu
yang lebih rendah. Kdang-kadang pengeringan dilakukan tanpa pemanasan, bahan
dimasukkan ke dalam eksikator dengan H2SO4 pekat sebagai
pengering, hingga mencapai berat yang konstan (Winarno 2004).
Metode
Oven Biasa (Pemanasan Langsung)
Metode oven biasa
merupakan salah satu metode pemanasan langsung dalam penetapan kadar air suatu
bahan pangan. Dalam metode ini bahan dipanaskan pada suhu tertentu sehingga
semua air menguap yang ditunjukkan oleh berat konstan bahan setelah periode
pemanasan tertentu. Kehilangan berat bahan yang terjadi menunjukkan jumlah air
yang terkandung. Metode ini terutama digunakan untuk bahan-bahan yang stabil
terhadap pemanasan yang agak tinggi, serta produk yang tidak atau rendah
kandungan sukrosa dan glukosanya seperti tepung-tepungan dan serealia (AOAC
1984).
Metode ini dilakukan dengan cara pengeringan bahan pangan
dalam oven. Berat sampel yang dihitung setelah dikeluarkan dari oven harus
didapatkan berat konstan, yaitu berat bahan yang tidak akan berkurang atau
tetap setelah dimasukkan dalam oven. Berat sampel setelah konstan dapat
diartikan bahwa air yang terdapat dalam sampel telah menguap dan yang tersisa
hanya padatan dan air yang benar-benar terikat kuat dalam sampel. Setelah itu
dapat dilakukan perhitungan untuk mengetahui persen kadar air dalam bahan
(Crampton 1959).
Secara teknik, metode oven langsung dibagi menjadi dua
yaitu, metode oven temperatur rendah dan metode oven temperatur tinggi. Metode
oven temperatur rendah menggunakan suhu (103 + 2)˚C dengan periode pengeringan
selama 17 ± 1 jam. Periode pengeringan dimulai pada saat oven menunjukkan
temperatur yang diinginkan. Setelah pengeringan, contoh bahan beserta cawannya
disimpan dalam desikator selama 30-45 menit untuk menyesuaikan suhu media yang
digunakan dengan suhu lingkungan disekitarnya. Setelah itu bahan ditimbang
beserta wadahnya. Selama penimbangan, kelembaban dalam ruang laboratorium harus
kurang dari 70% (AOAC 1970). Selanjutnya metode oven temperatur tinggi. Cara
kerja metode ini sama dengan metode temperatur rendah, hanya saja temperatur
yang digunakan pada suhu 130-133˚C dan waktu yang digunakan relatif lebih
rendah (Crampton 1959).
Metode ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu ; a) Bahan lain disamping
air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap air misalnya alkohol,
asam asetat, minyak atsiri dan lain-lain ;
b) Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan
air atau zat mudah menguap. Contoh gula mengalami dekomposisi atau
karamelisasi, lemak mengalami oksidasi ;
c) Bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit
melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan (Soedarmadji
2003).
Tepung Terigu
Tepung terigu adalah tepung yang terbuat dari biji gandum
melalui proses penggilingan. Kata “terigu” sendiri diserap dari bahasa Portugis
“trigo” yang
berarti gandum. Definisi tepung terigu sebagai bahan makanan menurut SNI
(Standard Nasional Indonesia) adalah tepung yang dibuat dari endosperm biji
gandum Triticum aestivum L.
(Club wheat) dan/atau Triticum
campactum Host atau campuran keduanya dengan penambahan fortifikan
zat besi (Fe), seng (Zn), vitamin B1, vitamin B2 dan asam folat. Boleh juga
ditambahkan BTP (bahan tambahan pangan) yang diijinkan sesuai peraturan tentang
BTP (Anonim 2010). Tepung terigu merupakan tepung/bubuk halus yang berasal dari biji gandum dengan kadar air tepung terigu maksimal sebesar 12%
(SNI 2006).
Tepung ketan
Tepung ketan merupakan bahan
pokok pembuatan kue-kue Indonesia yang banyak digunakan sebagaimana juga hal
dengan tepung beras. Tepung ketan saat ini sangat mudah untuk mendapatkannnya
karena banyak dijual dipasaran dalam bentuk tepung yang halus dan kering.
Tepung ketan memiliki amilopektin yang lebih besar dibandingkandengan tepung-tepung
lainnya. Amilopektin inilah yang menyebabkan tepung ketan (beras ketan) lebih
pulen dibandingkan dengan tepung lainnya. Tepung yang baik akan mempunyai
komposisi sebagai berikut :Kadar air : 13%, Kadar protein : 12 – 13%, Kadar hidrat arang : 72 – 73%, Kadar lemak : 1½ %
(Anni 2008).
Sedangkan menurut SNI (2004) tepung
ketan memiliki amilopektin lebih besar
dibandingkan dengan tepung-tepung lainnya, kandungan airnya adalah 7,56 %.
Jenis Tepung Lainnya
Tepung adalah
partikel padat yang berbentuk butiran halus atau sangat halus tergantung
pemakaiannya. Biasanya digunakan untuk keperluan penelitian, rumah tangga, dan
bahan baku industri. Tepung bisa berasal dari bahan nabati misalnya tepung
terigu dari gandum, tapioka dari singkong, maizena dari jagung atau hewani
misalnya tepung tulang dan tepung ikan (Sofiya 2006).
Ada berbagai jenis tepung selain tepung terigu, yaitu tepung sagu yang berasal dari pati dan
diekstrak dari batang sagu memiliki kadar air pati sagu bervariasi antara
12,50-12,99%. Dan
menurut SNI (2004), kadar air tepung sagu maksimal sebesar 13%. Tepung Hunkwe diperoleh
melalui proses ekstraksi basah pati kacang hijau, yaitu penumbukan biji supaya
terbelah, perendaman dalam air selama tiga jam, penghilangan kulit, kemudian
penggilingan (ekstraksi) dengan penambahan air (rasio kacang hijau : air = 1 :
3) dan penyaringan. Tepung beras yang
merupakan daging buah dari tanaman Oriza Sativa L yang telang
berbentuk tepung dan menurut DSN (1994) kada Air dari tepung beras sekitar 11%.
Selanjutnya ada tepung maizena yang terbuat dari pati jagung dengan kandungan
airnya 12%
(Subandi 1998).
DAFTAR
PUSTAKA
[DSN]. 1994. Tepung beras: SNI 01-3549-1994. Jakarta:
Dewan Standardisasi Nasional.
[SNI]. 2004. Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium
Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi.
19-17025-2000.
____. 2006. Tepung Terigu sebagai Bahan Makanan.
01-3751-2006.
AOAC. 1984. Official Methods
of Analysis of The Association of Official Analytical Chemistry. 14th Ed.
Virginia : AOC, Inc.
Crampton, EW. 1959. Fundamental of Nutrition. USA: Freeman
and Company.
Faridah, anni.
2008. Patiseri. Jakarta : Departemen Nasional Dikmenjur
Sofiya. 2006. Jenis-Jenis Tepung dan Kegunaannya. [terhubung berkala] http://alkiram.net/salam/2006/08/31/jenis-jenis-tepung-dan-kegunaannya/
(09 Maret 2011).
Subandi Inu G dan Hermanto.
1998. Jagung Teknologi produksi dan
Pascapanen. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Sudarmadji, Slamet, H.Bambang, Suhardi.
2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta : Liberty.
Winarno.
2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar