Jumat, 09 Maret 2012

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium



Gangguan Akibat Kekurangan Zat Yodium
            Indonesia termasuk salah satu di antara banyak Negara di dunia dimana Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) masih merupakan masalah gizi utama. Dampak gangguan akibat kekurangan yodium bukan hanya berupa pembesaran kelenjar gondok saja, tetapi juga kretinisme yang ditandai dengan hambatan perkembangan mental yang tidak dapat disembuhkan.
Kekurangan yodium merupakan penyebab utama terjadinya pembesaran kelenjar gondok, sedangkan penyebab lainnya adalah karena adanya zat goitrogenik dalam bahan makanan yang dimakan setiap hari seperti kubis, singkong, rebung, dan lain sebagainya (Djokomoeljanto 1974). Zat Goitrogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan yodium oleh kelenjar gondok sehingga konsentrasi yodium dalam kelenjar menjadi rendah. Aktivitas bahan goitrogenik pada prinsipnya bekerja pada tempat yang berlainan dalam rantai proses pembentukan hormon tiroid, dapat dibagi atas dua macam yaitu :
a.    Menghambat pengambilan yodium oleh kelenjar thyroid, golongan ini termasuk kelompok perchlorate.
b.    Menghalangi pembentukan ikatan organik antara iodium dan thyroxin untuk menjadi hormon thyroid, golongan ini adalah kelompok tiouracils imidazoles.
Berdasarkan ekskresi iodium dalam urin, gangguan akibat kekurangan yodium dikategorikan dalam tiga tingkatan, yaitu :
1.    GAKY ringan : prevalensi gondok sekitar 2-19% pada anak sekolah dengan median nilai iodium dalam urin lebih dari 50 µg per gram kreatinin.
2.    GAKY sedang : prevalensi gondok antara 20-30%, terkadang disertai hipotiroidi, median iodium dalam urin 25 µg per gram kreatinin.
3.    GAKY berat : prevalensi gondok diatas 30%, terdapat keratin endemik dengan nilai median yodium dalam urin dibawah 25 µg per gram kreatinin (Djokomoeljanto 1974).
Dari segi berat ringan gangguan akibat kekurangan yodium, komplikasi terbesar adalah kretin endemik. Kretin endemik mempunyai tiga sifat pokok yaitu; 1) secara epidemiologis selalu berhubungan dengan gondok endemik dan defisiensi iodium berat ; 2) secara klinis ditandai dengan defisiensi mental bersama dengan gejala neurologik yang mencolok terdiri dari gangguan pendengaran dan bicara, kelainan khas pada saat berjalan dan sikap berdiri atau hipotiroidi dan gangguan perkembangan pertumbuhan badan ; 3) dengan upaya pencegahan yang baik yaitu dengan jalan memperbaiki defisiensi yodium kelahiran bayi dengan kretin dapat dicegah. Sedang pengobatan penderita kretin dengan yodium tidak memperbaiki perkembangan fisik, mental maupun saraf, tetapi dapat memperbaiki hipotiroidi apabila hal itu bukan disebabkan oleh atrofi kelenjar thyroid (Djokomoeljanto 1974).
Kelainan Kelenjar Tiroid
a)    Hipotiroidisme
Keadaan tiroid yang kurang aktif (hipoaktif) disebut hipotiroidisme, keadaan tersebut dapat diketahui dengan cara memeriksa darah ke laboratorium. Jika pemeriksaan menunjukkan T3 dan T4 rendah dan kadar TSH yang tinggi disebut hipotiroidisme (Semiardji 2003). Hipotiroidisme adalah suatu sindrom klinis akibat dari defisiensi hormon tiroid, yang kemudian mengakibatkan perlambatan proses metabolik.
b)    Gondok/Goiter
Jenis hipotiroidisme yang berkaitan dengan pembesaran kelenjar tiroid disebut goiter tiroid atau gondok koloid endemik. Mekanisme timbulnya goiter endemik adalah sebagai berikut ; kekurangan yodium mencegah produksi hormon tiroksin dan triodotironin tetapi tidak tersedia hormon yang dapat dipakai untuk menghambat produksi TSH oleh hipofise anterior, sehingga kelenjar hipofase mensekresi banyak sekali TSH, selanjutnya TSH akan menyebabkan sel-sel tiroid mensekresi tiroglobulin (koloid) dalam jumlah yang banyak, sehingga kelenjar tumbuh semakin membesar dengan ukuran 10 sampai 30 kali dari ukuran normal. Pembesaran kelenjar tiroid terjadi sebagai respon terhadap terjadinya akumulasi defisiensi yodium atau dikenal sebagai penyakit gondok atau goiter (Guyton 1997).
c)    Kretinisme
Kretinisme disebabkan oleh gangguan pertumbuhan kelenjar tiroid secara congenital akibat kelenjar tiroid tidak memproduksi hormon secara normal (Semiardji 2003).
d)    Hipertiroidisme
Keadaan tiroid yang terlalu aktif disebut hipertiroidisme, keadaan ini dapat diketahui dengan cara memeriksa darah secara laboratorium, jika kadar hormone T3, T4 tinggi dan kadar TSH rendah maka disebut sebagai hipertiroidisme (Guyton 1997).
Dampak Negatif GAKY
Masalah GAKY mempunyai dampak negatif terhadap manusia sejak manusia dalam kandungan, setelah lahir sampai dewasa. Faktor risiko yang ditimbulkan pada wanita hamil terjadi abortus, lahir mati, berat badan lahir rendah, sampai cacat bawaan bagi bayi yang dilahirkan (Djokomoeljanto 1997). Dampak negatif GAKY pada kecerdasan dapat menurunkan rata-rata IQ masyarakat sebesar 13 point, pada perkembangan ekonomi dapat menurunkan produktifitas kerja dan menyebabkan kehilangan pendapatan sampai 15%, sedangkan dampak negatif pada perkembangan sosial adalah timbulnya rasa rendah diri pada penderita (pembesaran kelenjar gondok) dan gangguan kehamilan (Djokomoeljanto 1987).
            Rangkaian gangguan spektrum kekurangan yodium baik secara fisik maupun mental sejak dalam kandungan sampai dewasa sangat bervariasi sesuai dengan tingkat tumbuh kembang manusia. Spektrum GAKY dapat dilihat seperti tabel berikut ;
Tabel 1. Spekrum GAKY
Fetus
Abortus
Lahir mati
Anomaly congenital
Peningkatan angka kematian perinatal
Peningkatan angka kematian bayi
Kretin neurologik : defisiensi mental
Bisu-tuli : diplegi spastic, juling
Kretin milksedematosa : defisiensi mental
Cebol
Efek psikomotorik
Neonates
Gondok
Hipotiroid neonatal
Bayi, anak, dan remaja
Gondok
Gangguan fungsi mental
Gangguan pertumbuhan fisik
Peningkatan kerentanan terhadap radiasi nuklir
Dewasa
Gondok dan komplikasinya
Hipotiroidi
Gangguan fungsi mental
Hipertiroidi diinduksi yodium
Peningkatan kerentanan terhadap radiasi nuklir
Sumber : Neonatal Hypothyroidism, Kumpulan Naskah Pertemuan Ilmiah Nasional GAKY, Saidah RD (2001).

Syafril (2001) menyatakan secara patofisiologis terdapat hubungan antara bervariasinya metabolisme yodium dan hormon tiroid pada berbagai tingkat tumbuh kembang manusia. Makin dini terjadinya defisiensi yodium akan semakin berat dan ireversibel akibatnya, makin lama menderita gondok endemik akan semakin sering ditemukan gondok noduler dan hipotiroidi, terutama setelah pemberian suplementasi yodium.
            Yodium dibutuhkan untuk sintesis hormon tiroid, dimana hormon ini penting bagi aspek tumbuh kembang semua organ dan sistem tubuh, termasuk bagi perkembangan otak. Perkembangan otak yang teganggu tersebut tercermin dari terlambatnya perkembangan tonus dan reaksi postural. Namun keterlambatan ini tidak menetap, karena pada usia 6 bulan mereka bisa mengejar ketinggalannya. Walaupun demikian tidak berarti mereka terbebas dari risiko masalah perkembangan di kemudian hari. Hal ini menjelaskan mengapa penduduk yang tinggal di daerah defisiensi yodium mengalami gangguan berupa kapasitas mental rendah, gangguan kecerdasan dan psikomotorik serta kesulitan belajar (Hartono 2002).
Pada kekurangan yodium, konsentrasi hormon tiroid menurun dan hormon perangsang tiroid / TSH (Thyroid Stimulating Hormone) meningkat agar kelenjar tiroid mampu menyerap lebih banyak yodium bila kekurangan berlanjut sehingga sel kelenjar tiroid membesar dalam usaha meningkatkan pengambilan yodium oleh kelenjar tersebut. Bila pembesaran ini menampak dinamakan gondok sederhana, bila terdapat secara meluas di suatu daerah dinamakan gondok endemik.
Gondok dapat menampakkan dari dalam bentuk gejala yang sangat luas, yaitu dalam bentuk kretinisme (cebol) di satu sisi dan pembesaran kelenjar tiroid pada sisi lain. Gejala kekurangan yodium adalah malas dan lamban, kelenjar tiroid membesar, pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin, dan dalam keadaan berat bayi lahir dalam keadaan cacat mental yang permanen serta hambatan pertumbuhan yang dikenal sebagai kretinisme. Seorang anak yang menderita kretinisme mempunyai bentuk tubuh abnormal dan IQ sekitar 20. Kekurangan yodium pada anak-anak menyebabkan kemampuan belajar yang rendah (Almatsier, 2002).
Dampak Lain Kekurangan Yodium
Di daerah gondok endemik sedang dan berat ditemukan manifestasi GAKY yang bukan kretin yaitu : kemampuan mental maupun psikomotor berkurang, dan kematian meningkat. Hipotiroidi neonatal lebih banyak ditemukan pada endemik berat ; pada penduduk normal ditemukan hipotiroidi baik secara klinis maupun biokimiawi. Pada daerah endemik kadar air susu ibu lebih rendah dibandingkan dengan daerah buka gondok endemik. Pada penduduk normal tidak ada gangguan pendengaran, sedangkan gangguan tersebut banyak terdapat pada 93% penduduk kretin (Djokomoeljanto 1989).
Usaha Penanggulangan Gaky
Mengingat masalah Gaky terutama disebabkan karena lingkungan yang miskin sumber yodium, maka upaya penanggulangan ditekankan pada suplementasi yodium baik secara oral, melalui garam beryodium maupun secara parentral melalui preparat yodium dosis tinggi (Kresnawan, 1993). Kegiatan Gaky yang dilaksanakan antara lain meliputi :
a.    Upaya Jangka Pendek
Pemberian kapsul minyak beryodium kepada penduduk wanita umur 0 – 35 tahun, pria 0 – 20 tahun sesuai dengan dosis yang telah ditentukan, pemberian ini terutama kepada penduduk di daerah endemik berat dan sedang.
b.    Upaya Jangka Panjang
Iodisasi garam merupakan kegiatan penanggulangan Gaky jangka panjang. Program untuk meyodisasi garam konsumsi dimulai tahun 1975, dan pelaksanaan program mulai tahun 1980 dikelola oleh perindustrian. Tujuan dari program ini adalah semua garam yang dikonsumsi oleh masyarakat baik yang menderita maupun yang tidak dan garam beryodium tersedia diseluruh wilayah Indonesia. (Departemen Perindustrian, 1983).

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum.
Djokomoeljanto, R. 1974. The Effect of Severe Iodine Deficiency : A study on Population in Central Jawa, Indonesia. Semarang : Thesis Universitas Diponegoro.
------------------------. 1987. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi Kedua. Jakarta : FKUI.
------------------------. 1997. Peta Gondok dan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium di Jawa Tengah. Jurnal Vol. 32. No. 1, M Med Indonesia.
Guyton, A , Jhon EH. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Tex Book of Medical Physiology)  Edisi 9. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.
Hartono, B. 2002. Perkembangan Fetus Dalam Kondisi Defisiensi Yodium dan Cukup Yodium. Jurnal GAKY Indonesia Vol. 1 No.1, Pusat GAKY-IDD Centre.
Saidah, RD. 2001. Neonatal Hypothyroidism. Kumpulan Naskah Pertemuan Ilmiah Nasional Gangguan Akibat Kekurangan Yodium. Semarang : Universitas Diponegoro.
Semiardji, G. 2003. Penyakit Kelenjar Tiroid. Jakarta : FK Universitas Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar